Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Profesionalitas guru akan tercermin dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Seorang guru yang profesional salah satunya harus mempunyai kemampuan mengkombinasikan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan sumber belajar yang ada di sekolah, sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai bisa terwujud. Selain itu, seorang guru yang profesional juga harus menguasai materi pembelajaran, kreatif dan inovatif sehingga dari waktu ke waktu kualitas pembelajaran akan semakin meningkat.

Perkembangan teknologi informasi sekarang ini, terutama dengan semakin memasyarakatnya komputer di sekolah-sekolah, bahkan di sekolah tertentu sudah menggunakan infokus menggantikan posisi Over Head Projector (OHP), hal tersebut akan semakin membuka peluang bagi guru-guru untuk membuat media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), baik berupa Media Presentasi Pembelajaran (MPP) atau Sofware Pembelajaran Mandiri (SPM) yang proses belajar mengajarnya dilaksanakan di laporatorium.

Dalam pembuatan media pembelajaran berbasis TIK tidak mutlak seorang guru harus menguasai IT sepenuhnya, misal menguasai Program Office Word, Office Excel, Power Point, Macromedia Flash, Visual Basic atau yang lainnya, akan tetapi yang terpenting adalah membentuk tim yang akan menghasilkan berbagai media pembelajaran.

Seseorang yang menguasai IT akan tetapi tidak mempunyai ide yang akan ditunangkan maka akan mandeg, begitupun seseorang yang punya ide tidak akan terwujudkan apabila tidak dibantu oleh yang bisa menguasai berbagai aplikasi pemrograman.

Film, Membuat Siswa Tertarik Mengikuti Pelajaran

                Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Secara umum media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi (pesan) dari sumber informasi ke penerima informasi. Menurut AECT (1977), media adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.

Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,au kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Gagne & Brigs (1975) menjelaskan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran, seperti buku, tape recorder, kaset, kamera video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Film atau gambar hidup merupakan serangkaian gambar yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film merupakan media yang menyajikan pesan melalui audio visual dan gerak, sehingga memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya.

Film dapat membuat siswa tertarik sebab memiliki gambar yang bergerak, suara, dan warna yang menarik. Film dapat menerangkan suatu proses fenomena alam yang tidak dapat dilihat secara langsung atau jika dapat dilihat secara langsung akan membahayakan keselamatan siswa dan juga guru. Film juga dapat memantapkan pemahaman siswa terhadap proses terjadinya fenomena alam tersebut.

Misalnya fenomena alam yang dapat diperlihatkan dengan film adalah proses terjadinya gunung meletus. Guru tidak dapat mengajak siswa langsung ke tempat terjadinya gunung meletus sebab membahayakan keselamatan. Proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan lancar dan sesuai rencana sebab hanya akan menyebabkan ketakutan bagi siswa jika mereka diajak untuk langsung melihat proses terjadinya gunung meletus.      

 

Penjelasan tentang pembentukan gunung meletus dapat dilakukan di kelas. Bisa dijelaskan dengan menampilkan gambar tentang gunung meletus. Dapat juga dengan membuat gambar sendiri di papan tulis sambil diberi keterangan gambar agar siswa dapat dengan mudah mengenali bagian-bagian gunung meletus. Gambar yang dicetak atau dibuat sendiri tersebut sambil diberi penjelasan kepada siswa agar siswa paham dengan proses terjadinya gunung meletus. Kelemahan dari media gambar ini adalah pemahaman siswa tentang bentuk dan bagian-bagian gunung meletus kurang sebab di gambar hanya menunjukkan media 2 dimensi. Jika siswa kurang memahami bagian-bagian gunung meletus, maka daya imajinasi mereka tentang gunung meletus akan menjadi salah.

Proses pembelajaran dapat diselingi dengan menonton film yang berkaitan dengan materi pelajaran. Adanya pemutaran film tentang proses gunung meletus, awalnya siswa akan merasa penasaran, bertanya-tanya, tertarik, dan bersemangat mengikuti pelajaran. Sebelum film dimainkan, guru dapat memberikan instruksi pada siswa untuk tertib dan tenang dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga dapat diberi tugas untuk mencatat hal-hal yang penting dalam film untuk penilaian. Hal itu dapat membuat siswa fokus dan mengikuti film dengan sungguh-sungguh.

Setelah pemutaran film selesai, jika masih ada waktu yang tersedia guru dapat menjelaskan isi film tersebut atau melakukan penekanan pada proses-proses terjadinya gunung meletus sehingga siswa bisa menjadi lebih memahami dan mengingat. Guru juga bisa memberikan tugas kelompok pada siswa untuk membuat makalah atau laporan tentang proses gunung meletus, dampak yang diakibatkannya, material-material yang keluar saat gunung meletus, tanda-tanda gunung akan meletus, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan gunung meletus. Makalah dapat disertai dengan gambar. Tugas kelompok tersebut bertujuan agar siswa dapat lebih mantap dalam memahami proses terjadinya gunung meletus.

Tulisan-tulisan di buku dapat membuat siswa bosan untuk belajar. Bahkan di buku belum tentu penjelasan tentang gunung meletus tersebut jelas dan kata-katanya belum tentu dapat dipahami oleh semua siswa. Belum lagi ada atau tidak tersedianya sarana dan prasarana buku seperti grafik, tabel, diagram, gambar, dan lain-lain. Oleh karena itu, penggunaan film untuk media mengajar dapat digunakan untuk menghilangkan kebosanan siswa terhadap buku-buku pelajaran dan dengan pemutaran film ini siswa dapat kembali bersemangat mengikuti pelajaran. Film juga dapat merangsang rasa ingin tahu siswa tentang suatu fenomena alam yang ada di sekitarnya sehingga mereka mencari bahan atau literatur lain di luar jam sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa media ajar dengan menggunakan film memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu : 1. Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa, 2. sangat bagus digunakan untuk menerangkan suatu proses, 3. mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang-ulang, dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan, 4. dapat menarik perhatian siswa, dan 5. memberikan kesan yang mendalam, yang mempengaruhi sikap siswa.

Pemanfaatan Media Objek 3 Dimensi pada Pembelajaran Geografi

Pentingnya pemanfaatan media ini berawal dari sebuah ilustrasi. Pada suatu hari seorang Guru dari satu sekolah menerangkan materi tentang litosfer dan batuan. Pada saat awal masuk ke kelas semua siswa terlihat semangat dan tertarik mendengarkan isi dari penyampaian materi yang diberikan oleh guru. Akan tetapi setelah 15 menit kemudian, materi tetap berjalan seperti tadi. Akan tetapi raut wajah siswa yang penuh semangat tadi, berubah menjadi muka yang penuh kejenuhan. Para siswa pun perhatiannya tidak tertuju lagi pada materi, akan tetapi pikiran mereka semua terfokus oleh “ kapan pelajaran geografi ini berakhir…..??????”. oleh karena itu kelas menjadi ribut, ada yang bermain – main dengan temannya, ada siswa yang saling ngobrol tentang hal yang tidak diperlukan, ada yang tertawa cekikikan, dan adapula siswa yang mengupdate status dengan isi ‘BETE NEH di KElas’, adapula siswa yang menanyakan “jam berapa sekarang..??kapan pelajarannya usai..?” pada siswa lain yang memiliki jam tangan. Otomatis seluruh suasana kelas menjadi gaduh. Guru yang tadinya menerangkan pelajaran menjadi terhenti dan menegur siswanya. Siswa itupun berhenti berbicara hanya beberapa menit, menit selanjutnya suara gaduh dan ribut mulai terdengar lagi. Guru yang tadinya menjelaskan materi berhenti menjelaskan materi, lalu mendadak memberikan evaluasi materi pelajaran yang telah diberikannya kepada siswa. Akhirnya, terlihat hasil evaluasi siswa tentang pelajaran yang tadi diterangkan. Hampir 90 % siswa tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut. Akhirnya Guru tersebut marah dan mencap siswa di kelas tersebut semuanya bodoh dan nakal.

Membosankan, satu kata yang bisa dikatakan pada ilustrasi ini. Hal ini tidak bisa sepenuhnya disalahkan dari siswa, karena semua mata pelajaran khususnya pelajaran geografi menuntut keterampilan guru untuk meramu materi menjadi sesuatu yang menarik dimata siswa – siswanya. Agar lebih bermakna dan tujuan penyampaian isi materi ini tepat pada siswa, tidak ada kesalahan dan siswa mudah mengingat dan memahami isi materi pelajaran tersebut. Untuk itu guru harus memerlukan strategi dengan salah satunya mempersiapkan media untuk pembelajaran geografi di kelas.

Salah satu contoh yang bisa kita ambil dari ilustrasi itu adalah media pembelajaran geografi tentang sub bagian littosfer dan batuan. Mata pelajaran geografi kebanyakan menuntut guru untuk terampil dalam menggunakan media dan menghadirkan media tersebut ke dalam kelas. Andaikan guru tersebut menghadirkan contoh objek 3 dimensi tentang litosfer dan batuan tentu saja setidaknya membuat siswa itu tertarik dan menambah rasa penasarannya terhadap materi penyampaian tersebut. Berbagai cara dapat dilakukan guru dalam proses penyampaian materi pelajaran, seperti menerangkan materi diselingi dengan menyuguhkan media yang disampaikan.

Cara lain yang bisa ditempuh oleh guru adalah menjelaskan materi disertai dengan memberikan contoh media kemudian untuk evaluasi guru bisa memberikan pertanyaan untuk diberikan kepada kelompok maupun individu untuk mencocokan pertanyaan guru dengan media yang ada serta menjabarkan cirri – cirri yang dilihat siswa dari media objek 3 dimansi tersebut.

Bagi siswa penggunaan media ini memberikan dampak yang positif misalnya mata pelajaran menjadi tidak monoton tidak hanya pada ceramah tetapi juga diselingi oleh interaksi antara guru dan siswa dalam pemanfaatan media. Sehingga siswa menjadi menyenangi pelajaran tersebut dan siswa menantikan pelajaran geografi di setiap minggunya karena rasa penasaran yang diberikan siswa tentang apa selanjutnya media yang akan dihadirkan oleh guru. Dari guru media bisa digunakan untuk mempersingkat waktu dengan memberikan replica objek batuan siswa dapat diberikan tugas berkelompok untuk mengidentifikasi ciri batuan yang ada. Kemudian menggabungkan hasil kelompok satu dengan kelompok lainnya dan kemudian mencatatat hasil akhirnya.

berikut contoh jenis batuan :


Contoh lain dalam pemanfaatan media geografi adalah guru memberikan contoh gambar dari batuan dan lapisan tanah, kemudian secara berkelompok guru memberikan tugas untuk mencari contoh nyata dari tanah dan batuan tersebut sebagai contoh media nyata yang akan ditampilkan di minggu depan. Engan adanya tugas yang penuh tantangan ini, siswa secara berkelompok terdorong untuk mencari tanah tersebut seuai dengan waktu yang di tentukan serta contoh gambaran dan cirri fisik dari batuan tersebut. Pada minggu berikutnya siswa membawa contohnya masing – masing dan secara bergiliran mempresentasikan hasil temuan mereka di depan kelas. Kelompok lainnya bisa menannyakan dari daerah mana mereka mendapatkannya maupun bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru. Guru disini sebagai mediator  dalam kegiatan diskusi dengan oenggunaan media ini.

Khusus bagi di Indonesia, banyak anak yang tidak menyenangi mata pelajaran geografi. Hal ini dikarenakan beberapa factor diantaranya banyak diantara mereka yang menyebutkan bahwa geografi penuh hapalan dan membosankan. Di Indonesia kebanyakan mata pelajaran geografi diletakkan pada jam – jam terakhir pelajaran hal ini mneyebabkan pembelajaran menjadi tidak optimal karena pada umumnya pada jam terakhir ini otak sudah tidak bisa menangkap sevcara baik materi yang disebabkan oleh kelelahan. Tantangan guruyaitu guru dituntut ekstra lebih untuk bisa memanfaatkan media, strategi dan metode untuk membentuk suatu system pembelajaran yang optimal bagi anak didik. Ini merupakan tantangan yang diberikan kepada guru untuk bisa membuat peserta didik menyenangi mata pelajaran yang membahas tentang gejala geosfer tersebut. Ada pepatah yang mengatakan “ kudengar aku lupa, kulihat aku ingat dan kulakukan aku bisa” maka dari itu penggunaan media pembelajaran geografi sangat penting untuk pembelajaran geografi di sekolah.


Definisi Media Pembelajaran dan Klasifikasinya

A.    Definisi Media 
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6).
Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima  sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6).

B.     Media pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu kata “media” dan “pembelajaran”. Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi untuk membneru seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”
Media berasal dari bahasa latin merupakna bentuk jamak dari ”Medium” yang secara harfiah berarti ”Perantara” atau ”Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa hali memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah ”Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran”.
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah ”sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.”
National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah “sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.”
Latuheru (dalam Hamdani, 2005): menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar dan digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakan alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

 Media memiliki fungsi, di antaranya :

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek yang disebabkan karena: (a) objek terlalu besar, (b) objek terlalu kecil, (c) objek yang bergerak terlalu lambat, (d) objek yang bergerak terlalu cepat, (e) objek yang terlalu kompleks, (f) objek yang bunyinya terlalu halus, (g) objek yang mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

3. Media pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis.

6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang kongkrit sampai dengan abstrak.Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1993). Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional.
Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudaiah navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajaran bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasi aspek dan keterampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.

C.    Jenis – Jenis Media Pembelajaran
Masuknya berbagai pengaruh dalam dunia ilmu pendidikan seperti ilmu cetak mencetak, komunikasi, dan teknologi elektronik yang membuat media bermacam-macam dengan berbagai jenis dan format. Beberapa pengelompokan media berdasarkan karakteristiknya menurut beberapa para ahli yaitu:

Rudy Bretz(1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak):

  1. Media audio
  2. Media cetak
  3. Media visual diam
  4. Media visual gerak
  5. Media audio semi gerak
  6. Media visual semi gerak
  7. Media audio visual diam
  8. Media audio visual gerak

Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara
visual gerak : film bisu
audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen
manusia dan lingkungan: guru, pustakawan, laboran
komputer : CAI

Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan:
media yang tidak diproyeksikan
media yang diproyeksikan
media audio
media video
media berbasis komputer
multi media kit.
Media di klasifikasikan menjadi 3 yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual.
 
A. Media visual
          1.  Media yang tidak diproyeksikan, yaitu

Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1)      gambar / foto: paling umum digunakan
2)      sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.
3)      diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
4)      bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
5)      grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.

          2.      Media proyeksi, yaitu
1.      Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
Membuat sendiri secara manual
2.      Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

Di bawah ini merupakan contoh penggunaan media visual pada pembelajaran di kelas :

B. Media audio
          1.      Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
          2.      Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.

C. Media audio-visual
          1.      Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
          2.  Media komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

MANFAAT TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Pengertian geografi telah mengalami perkembangan dari wakyu ke waktu. Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi. Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus yang mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian atau seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Ptolomaeus dibukukan, dan diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’. Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yang terkenal yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, dengan sumbangannya yang terkenal adalah Gen re de vie. Pengertian geografi itu sendiri selalu mengalami perkembangan serta perbedaan.

gambar atlas ptolomaeus:

Permendiknas no. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.

Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.

Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.