Relief Dasar Laut

Tahukah kalian bahwa di dasar lautan bentuknya seperti daratan? Di daratan terdapat gunung, pegunungan, bahkan jurang. Nah, begitu pula di dasar laut di bumi kita. Berikut ini bentuk relief yang terdapat di dasar lautan atau samudera.
1. Paparan benua atau landasan benua (continental shelf)
Paparan benua merupakan dasar laut dangkal dengan kedalaman kurang dari 200 meter dari permukaan laut dan dengan kemiringan tidak lebih dari 1 derajat.
2. Lereng benua (continental slope)
Lereng benua merupakan wilayah dasar laut yang terletak di tepi paparan benuadengan kemiringan lereng sekitar 5 derajat dan dengan kedalaman antara 200-1.800 meter di bawah permukaan laut.
3. Palung laut (trench)
Palung laut merupakan wilayah laut yang sangat dalam, sempit, dan memanjang. Kedalamannya dapat mencapat ribuan meter.
4. Lubuk laut (basin)
Lubuk laut merupakan wilayah laut yang berupa cekungan dengan kedalaman sampai 2.000 meter di bawah permukaan laut.
5. Dataran abisal
Dataran abisal adalah wilayah laut yang terletak pada kedalaman lebih dari 2.000 meter di bawah permukaan laut.
6. Gunung laut (seamount)
Gunung laut adalah gunung yang berada di dasar wilayah laut.
7. Punggung laut (ridge)
Punggung laut merupakan wilayah laut yang berupa pegunungan atau bukit.

IMG1521A

Pengertian Awan Kumulonimbus

Turut berduka cita atas kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 bulan Desember 2014 yang lalu. Menurut pakar penerbangan maupun ahli meteolorogi yang berspekulasi di berita-berita di tv, katanya kecelakaan tersebut terjadi akibat sang pilot tidak sempat menghindari awan kumulonimbus, nah apa itu awan kumulonimbus? Untuk lebih jelasnya yuk cari tahu dulu apa itu awan.

Awan adalah massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan nebula. Awan dipelajari dalam ilmu awan atau fisika awan, suatu cabang meteorologi.

Di Bumi substansi biasanya presipitasi uap air. Dengan bantuan partikel higroskopis udara seperti debu dan garam dari laut, tetesan air kecil terbentuk pada ketinggian rendah dan kristal es pada ketinggian tinggi bila udara didinginkan jadi jenuh oleh konvektif lokal atau lebih besar mengangkat non-konvektif skala.

Pada beberapa soal, awan tinggi mungkin sebagian terdiri dari tetesan air superdingin. Tetesan dan kristal biasanya sekitar 0,01 mm (0,00039 in) diameter. Paling umum dari pemanasan matahari di siang hari dari udara pada tingkat permukaan, angkat frontal yang memaksa massa udara lebih hangat akan naik lebih keatas dan mengangkat orografik udara di atas gunung. Ketika udara naik , mengembang sehingga tekanan berkurang.

Proses ini mengeluarkan energi yang menyebabkan udara dingin. Ketika dikelilingi oleh milyaran tetesan lain atau kristal mereka menjadi terlihat sebagai awan. Dengan tidak adanya inti kondensasi, udara menjadi jenuh dan pembentukan awan terhambat. dalam awan padat memperlihatkan pantulan tinggi (70% sampai 95%) di seluruh awan terlihat berbagai panjang gelombang, sehingga tampak putih, di atas.

Tetesan embun (titi-titik air) cenderung efisien menyebarkan cahaya, sehingga intensitas radiasi matahari berkurang dengan kedalaman arah ke gas, maka warna abu-abu atau bahkan gelap kadang-kadang tampak di dasar awan. Awan tipis mungkin tampak telah memperoleh warna dari lingkungan mereka atau latar belakang dan awan diterangi oleh cahaya non-putih, seperti saat matahari terbit atau terbenam, mungkin tampak berwarna sesuai. Awan terlihat lebih gelap di dekat-inframerah karena air menyerap radiasi matahari pada saat- panjang gelombang.

Hmmm.. kalau awan kumulonimbus??

Kumulonimbus (Cb) adalah sebuah awan vertikal menjulang atau meninggi seperti gunung yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya. Kumulonimbus berasal dari bahasa Latin, “cumulus” berarti terakumulasi dan “nimbus” berarti hujan.

proses

awan-ilustrasiAwan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall.

Awan ini mudah dikenali karena berwarna gelap (awan mendung), dan menciptakan petir melalui jantung awan. Awan kumulonimbus terbentuk dari awan kumulus (terutama dari kumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.

Semoga penumpang pesawat tersebut cepat ditemukan dan keluarga yang ditinggalkan selalu tabah. Dan tentunya semoga semua pihak yang membantu proses evakuasi dimudahkan dan sukses dalam menjalankan tugasnya. Amin.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI

         Secara umum, penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran geografi. Materi pelajaran geografi yang disampaikan dengan menggunakan media pembelajaran itu lebih efektif daripada pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran geografi. Dengan media pembelajaran geografi yang ada di sekolah, diharapkan peserta didik lebih tertarik untuk mempelajari pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta pengalaman belajar peserta didik diharapkan bisa bertambah. 

Permasalahannya ialah mengenai : (1) Sejauh mana efektivitas penggunaan media pembelajaran geografi pada pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk? (2) Adakah perbedaan secara signifikan hasil belajar geografi peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran dan tanpa menggunakan media pembelajaran? Tujuannya ialah : (1) Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran pada pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk, (2) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran dengan peserta didik tanpa menggunakan media pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran lebih baik karena membantu peserta didik memahami materi dengan gambaran yang nyata bukan konsep atau tulisan-tulisan saja. Karena apa yang kita lihat biasanya lebih mudah untuk kita cerna dan pahami secara cepat sehingga peserta didik memperoleh pengalaman yang konkret, proses pembelajarannya juga akan menyenangkan. Pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran kurang efektif karena guru hanya ceramah saja sehingga terkadang banyak peserta didik yang malas untuk mengikuti pelajaran. Pelajaran yang diajarkan guru menjadi monoton. Jadi dapat disimpulakan bahwa (1) Dalam proses belajar mengajar penggunaan media pembelajaran pada pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk ternyata memberikan hasil belajar lebih baik kepada peserta didik dibandingkan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran, (2) Ada perbedaan hasil belajar geografi yang signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dengan tanpa menggunakan media pembelajaran.

……..Gunung Api……..

Definisi Gunung Api, ialah :

Gunung api dapat adalah suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung api terdapat di seluruh dunia, wilayah gunung berapi yang mudah dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik. Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

Tipe letusan suatu gunung api yaitu Merapi, Stromboli, Pellean, Hawaiian, St Vincent dsb. Berikut ini sedikit gambaran dari proses vulkanik gunung berapi dapat dilihat divideo berikut :

Penamaan tipe guguran melekat pada gunungapi Merapi hanyalah mendasarkan pada kebiasaan Merapi meletus dengan tipe itu. Jadi Pemetaan kawasan rawan bencana (KRB) untuk kepentingan tanggap darurat terutama untuk kegiatan pengungsian antara tipe letusan St Vincent dan tipe letusan guguran berbeda.

Pada saat gunung merapi meletus, gunung akan mengeluarkan material – material yang berada di dalamnya seperti batu – batuan beku besar, kerakal, kerikil, pasir, debu, abu vulkanik, lahar dan lava serta awan panas.

Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.

Proses Terjadinya Letusan, yaitu :

Gunung yang meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi (sumber:MPBI).

Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.

Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng gunung berapi. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar puncaknya.

Dampak Letusan Gunung Berapi, adalah :

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

  • Aliran lava.
  • Letusan gunung berapi.
  • Aliran lumpur dan banjir lumpur.
  • Hujan abu.
  • Hujan awan panas.
  • Kebakaran hutan.
  • Gas beracun.
  • Gempa bumi.

Permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur. Persiapan menghadapi Letusan gunung Berapi

Cara Penanggulangan Bencana Gunung Meletus, yaitu :

Bencana gunung meletus tidak dapat dihindari karena merupakan suatu siklus di dalam perut bumi. Akan tetapi, kita bisa meminimalisasi dan mengadakan persiapan pada saat bencana gunung berapi yaitu dengan cara sebagai berikut :

  • mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
  • membuat perencanaan penanganan bencana
  • mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
  • mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)

Awan panas pada letusan dapat dibedakan atas awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi karena hancuran magma oleh suatu letusan. Kekuatan penghancuran tersebut ditentukan oleh kandungan gas vulkanik dalam magma. Sedangkan awan panas guguran terjadi akibat runtuhnya kubah lava oleh tekanan magma dan pengaruh gravitasi

Runtuhnya kubah lava terjadi akibat terganggunya kestabilan kubah yang dapat diakibatkan oleh air hujan yang jatuh di sekitar kubah lava. Air hujan tersebut dapat meresap melalui retakan dan masuk ke dalam kubah lava. Temperatur kubah lava yang tinggi memanaskan air tersebut sehingga terbentuk gas yang bertekanan cukup tinggi untuk mengganggu kestabilan kubah. Penyebab lainnya ialah, letusan kecil pada kubah lava itu sendiri yang dipicu oleh gas bertekanan tinggi dalam kubah. Namun, faktor pengganggu kestabilan kubah lava yang paling dominan ialah dorongan dari bawah kubah lava tersebut. Naiknya tekanan gas atau magma di dalam pipa saluran magma akan mendorong kubah lava hingga akhirnya longsor. Karena pengaruh gravitasi, tekanan yang tidak terlalu besar pun sudah cukup untuk mengganggu kestabilan kubah.

Kubah lava tersebut juga menentukan kecepatan dan arah dari awan panas guguran. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk awan panas letusan yang tidak berhubungan dengan kubah lava. Jarak jangkau awan panas ditentukan oleh kecepatannya yang dipengaruhi morfologi dan kemiringan lereng dari lembah sungai. Semakin besar kemiringan lereng, semakin cepat aliran awan panasnya. Pada awan panas guguran, gaya berat kubah lava yang runtuh juga ikut menentukan laju dari awan panas. Laju awan panas akan semakin cepat dan jauh jarak jangkaunya jika volume yang runtuh semakin besar. Selain itu, arah dari awan panas guguran juga dapat diprediksi dari orientasi kubah lava yang umumnya berbentuk memanjang menjulur ke arah lerengnya.

Walaupun bergantung dari berbagai faktor di atas, kecepatan awan panas dari letusan gunungapi sanggup melewati penghalang alami seperti bukit atau tebing. Di sekitar lereng gunung, terdapat beberapa bukit kecil yang dipercaya mampu membelah aliran awan panas tersebut. Tetapi, dalam jarak sedekat itu, bukit tersebut dapat dilewati awan panas dengan mudah. Sebagai perbandingan, awan panas dari letusan Gunung St. Helens di Amerika pada tahun 1980, mampu melewati bukit setinggi 360 m dari muka laut. Bahkan awan panas tersebut juga dapat menyeberangi laut seperti saat Krakatau meletus pada tahun 1883. Saat itu, awan panas dari salah satu letusan terhebat itu mampu menyeberangi Selat Sunda serta mencapai daratan Lampung dan Anyer.

Dampak dari awan panas, adalah :

Dibandingkan dengan dampak letusan yang lain seperti jatuhan debu dan batu, aliran lava, lahar, hujan asam, dan tsunami (untuk gunung api di tengah laut), awan panas memang yang paling berbahaya. Kecepatan dan temperatur awan panas yang tinggi membuatnya menjadi dampak langsung letusan yang paling mematikan dalam 400 tahun terakhir. R.J. Blong dalam bukunya yang berjudul Volcanic Hazards menyebutkan lebih dari 70% korban letusan gunung api di seluruh dunia disebabkan oleh terjangan awan panas.

Awan panas dapat terjadi di semua gunung api dan arah alirannya sulit ditebak, sekalipun itu berupa awan panas guguran. Sebab, walaupun orientasi dari kubah lava dapat diketahui, morfologi kawah dapat membuat arah aliran berbeda dengan arah orientasi kubah lava.

Kecepatan dan temperatur awan panas membuat material yang dibawanya sanggup menghancurkan semua dilewatinya. Efeknya bagi makhluk hidup berupa luka bakar hingga kematian yang disebabkan oleh temperatur yang tinggi dan debu panas yang masuk ke paru-paru. Kekuatan awan panas bahkan sanggup menghancurkan bangunan, pepohonan, dan infrastruktur lain. Jadi, satu-satunya cara untuk menghindari awan panas ialah dengan menjauhi gunung api tersebut hingga batas aman yang ditentukan.

Selain awan panas, dampak letusan gunung api yang lain juga patut diwaspadai, baik dampak langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung dari letusan, selain awan panas ialah jatuhan debu, aliran lava, dan lontaran material vulkanik. Sedangkan yang termasuk dampak tidak langsung ialah lahar, tsunami, longsor, dan hujan asam. Dampak langsung berbahaya, salah satunya karena temperaturnya yang tinggi. Sedangkan dampak tidak langsung dapat mengancam karena dapat terjadi bahkan sebelum gunung tersebut meletus atau beberapa jam hingga berhari-hari setelah letusan.

Lahar dingin bahkan bisa terjadi walaupun gunung api tersebut hanya mengalami peningkatan aktifitas vulkanik. Sebab, hujan yang turun di sekitar puncak gunung bisa bercampur dengan endapan tefra atau debu vulkanik yang belum padat. Campuran air dan tefra tersebut akan membentuk lahar yang akan menuruni lereng, menerjang semua yang berada pada jalurnya, dan akhirnya masuk ke sungai.