EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI

         Secara umum, penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran geografi. Materi pelajaran geografi yang disampaikan dengan menggunakan media pembelajaran itu lebih efektif daripada pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran geografi. Dengan media pembelajaran geografi yang ada di sekolah, diharapkan peserta didik lebih tertarik untuk mempelajari pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta pengalaman belajar peserta didik diharapkan bisa bertambah. 

Permasalahannya ialah mengenai : (1) Sejauh mana efektivitas penggunaan media pembelajaran geografi pada pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk? (2) Adakah perbedaan secara signifikan hasil belajar geografi peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran dan tanpa menggunakan media pembelajaran? Tujuannya ialah : (1) Untuk mengetahui efektivitas penggunaan media pembelajaran pada pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk, (2) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran dengan peserta didik tanpa menggunakan media pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran lebih baik karena membantu peserta didik memahami materi dengan gambaran yang nyata bukan konsep atau tulisan-tulisan saja. Karena apa yang kita lihat biasanya lebih mudah untuk kita cerna dan pahami secara cepat sehingga peserta didik memperoleh pengalaman yang konkret, proses pembelajarannya juga akan menyenangkan. Pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran kurang efektif karena guru hanya ceramah saja sehingga terkadang banyak peserta didik yang malas untuk mengikuti pelajaran. Pelajaran yang diajarkan guru menjadi monoton. Jadi dapat disimpulakan bahwa (1) Dalam proses belajar mengajar penggunaan media pembelajaran pada pokok bahasan kondisi fisik wilayah dan penduduk ternyata memberikan hasil belajar lebih baik kepada peserta didik dibandingkan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran, (2) Ada perbedaan hasil belajar geografi yang signifikan antara pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dengan tanpa menggunakan media pembelajaran.

……..Gunung Api……..

Definisi Gunung Api, ialah :

Gunung api dapat adalah suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Gunung api terdapat di seluruh dunia, wilayah gunung berapi yang mudah dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik. Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik. Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

Tipe letusan suatu gunung api yaitu Merapi, Stromboli, Pellean, Hawaiian, St Vincent dsb. Berikut ini sedikit gambaran dari proses vulkanik gunung berapi dapat dilihat divideo berikut :

Penamaan tipe guguran melekat pada gunungapi Merapi hanyalah mendasarkan pada kebiasaan Merapi meletus dengan tipe itu. Jadi Pemetaan kawasan rawan bencana (KRB) untuk kepentingan tanggap darurat terutama untuk kegiatan pengungsian antara tipe letusan St Vincent dan tipe letusan guguran berbeda.

Pada saat gunung merapi meletus, gunung akan mengeluarkan material – material yang berada di dalamnya seperti batu – batuan beku besar, kerakal, kerikil, pasir, debu, abu vulkanik, lahar dan lava serta awan panas.

Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.

Proses Terjadinya Letusan, yaitu :

Gunung yang meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi (sumber:MPBI).

Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.

Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng gunung berapi. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah meletus, sehingga air danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar puncaknya.

Dampak Letusan Gunung Berapi, adalah :

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

  • Aliran lava.
  • Letusan gunung berapi.
  • Aliran lumpur dan banjir lumpur.
  • Hujan abu.
  • Hujan awan panas.
  • Kebakaran hutan.
  • Gas beracun.
  • Gempa bumi.

Permasalahan pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur. Persiapan menghadapi Letusan gunung Berapi

Cara Penanggulangan Bencana Gunung Meletus, yaitu :

Bencana gunung meletus tidak dapat dihindari karena merupakan suatu siklus di dalam perut bumi. Akan tetapi, kita bisa meminimalisasi dan mengadakan persiapan pada saat bencana gunung berapi yaitu dengan cara sebagai berikut :

  • mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
  • membuat perencanaan penanganan bencana
  • mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
  • mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)

Awan panas pada letusan dapat dibedakan atas awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi karena hancuran magma oleh suatu letusan. Kekuatan penghancuran tersebut ditentukan oleh kandungan gas vulkanik dalam magma. Sedangkan awan panas guguran terjadi akibat runtuhnya kubah lava oleh tekanan magma dan pengaruh gravitasi

Runtuhnya kubah lava terjadi akibat terganggunya kestabilan kubah yang dapat diakibatkan oleh air hujan yang jatuh di sekitar kubah lava. Air hujan tersebut dapat meresap melalui retakan dan masuk ke dalam kubah lava. Temperatur kubah lava yang tinggi memanaskan air tersebut sehingga terbentuk gas yang bertekanan cukup tinggi untuk mengganggu kestabilan kubah. Penyebab lainnya ialah, letusan kecil pada kubah lava itu sendiri yang dipicu oleh gas bertekanan tinggi dalam kubah. Namun, faktor pengganggu kestabilan kubah lava yang paling dominan ialah dorongan dari bawah kubah lava tersebut. Naiknya tekanan gas atau magma di dalam pipa saluran magma akan mendorong kubah lava hingga akhirnya longsor. Karena pengaruh gravitasi, tekanan yang tidak terlalu besar pun sudah cukup untuk mengganggu kestabilan kubah.

Kubah lava tersebut juga menentukan kecepatan dan arah dari awan panas guguran. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk awan panas letusan yang tidak berhubungan dengan kubah lava. Jarak jangkau awan panas ditentukan oleh kecepatannya yang dipengaruhi morfologi dan kemiringan lereng dari lembah sungai. Semakin besar kemiringan lereng, semakin cepat aliran awan panasnya. Pada awan panas guguran, gaya berat kubah lava yang runtuh juga ikut menentukan laju dari awan panas. Laju awan panas akan semakin cepat dan jauh jarak jangkaunya jika volume yang runtuh semakin besar. Selain itu, arah dari awan panas guguran juga dapat diprediksi dari orientasi kubah lava yang umumnya berbentuk memanjang menjulur ke arah lerengnya.

Walaupun bergantung dari berbagai faktor di atas, kecepatan awan panas dari letusan gunungapi sanggup melewati penghalang alami seperti bukit atau tebing. Di sekitar lereng gunung, terdapat beberapa bukit kecil yang dipercaya mampu membelah aliran awan panas tersebut. Tetapi, dalam jarak sedekat itu, bukit tersebut dapat dilewati awan panas dengan mudah. Sebagai perbandingan, awan panas dari letusan Gunung St. Helens di Amerika pada tahun 1980, mampu melewati bukit setinggi 360 m dari muka laut. Bahkan awan panas tersebut juga dapat menyeberangi laut seperti saat Krakatau meletus pada tahun 1883. Saat itu, awan panas dari salah satu letusan terhebat itu mampu menyeberangi Selat Sunda serta mencapai daratan Lampung dan Anyer.

Dampak dari awan panas, adalah :

Dibandingkan dengan dampak letusan yang lain seperti jatuhan debu dan batu, aliran lava, lahar, hujan asam, dan tsunami (untuk gunung api di tengah laut), awan panas memang yang paling berbahaya. Kecepatan dan temperatur awan panas yang tinggi membuatnya menjadi dampak langsung letusan yang paling mematikan dalam 400 tahun terakhir. R.J. Blong dalam bukunya yang berjudul Volcanic Hazards menyebutkan lebih dari 70% korban letusan gunung api di seluruh dunia disebabkan oleh terjangan awan panas.

Awan panas dapat terjadi di semua gunung api dan arah alirannya sulit ditebak, sekalipun itu berupa awan panas guguran. Sebab, walaupun orientasi dari kubah lava dapat diketahui, morfologi kawah dapat membuat arah aliran berbeda dengan arah orientasi kubah lava.

Kecepatan dan temperatur awan panas membuat material yang dibawanya sanggup menghancurkan semua dilewatinya. Efeknya bagi makhluk hidup berupa luka bakar hingga kematian yang disebabkan oleh temperatur yang tinggi dan debu panas yang masuk ke paru-paru. Kekuatan awan panas bahkan sanggup menghancurkan bangunan, pepohonan, dan infrastruktur lain. Jadi, satu-satunya cara untuk menghindari awan panas ialah dengan menjauhi gunung api tersebut hingga batas aman yang ditentukan.

Selain awan panas, dampak letusan gunung api yang lain juga patut diwaspadai, baik dampak langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung dari letusan, selain awan panas ialah jatuhan debu, aliran lava, dan lontaran material vulkanik. Sedangkan yang termasuk dampak tidak langsung ialah lahar, tsunami, longsor, dan hujan asam. Dampak langsung berbahaya, salah satunya karena temperaturnya yang tinggi. Sedangkan dampak tidak langsung dapat mengancam karena dapat terjadi bahkan sebelum gunung tersebut meletus atau beberapa jam hingga berhari-hari setelah letusan.

Lahar dingin bahkan bisa terjadi walaupun gunung api tersebut hanya mengalami peningkatan aktifitas vulkanik. Sebab, hujan yang turun di sekitar puncak gunung bisa bercampur dengan endapan tefra atau debu vulkanik yang belum padat. Campuran air dan tefra tersebut akan membentuk lahar yang akan menuruni lereng, menerjang semua yang berada pada jalurnya, dan akhirnya masuk ke sungai.

Definisi Media Pembelajaran dan Klasifikasinya

A.    Definisi Media 
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002: 6).
Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002: 6) media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima  sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002: 6).

B.     Media pembelajaran
Media pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu kata “media” dan “pembelajaran”. Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi untuk membneru seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”
Media berasal dari bahasa latin merupakna bentuk jamak dari ”Medium” yang secara harfiah berarti ”Perantara” atau ”Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa hali memberikan definisi tentang media pembelajaran.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah ”Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran”.
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah ”sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.”
National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah “sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.”
Latuheru (dalam Hamdani, 2005): menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar dan digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakan alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

 Media memiliki fungsi, di antaranya :

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek yang disebabkan karena: (a) objek terlalu besar, (b) objek terlalu kecil, (c) objek yang bergerak terlalu lambat, (d) objek yang bergerak terlalu cepat, (e) objek yang terlalu kompleks, (f) objek yang bunyinya terlalu halus, (g) objek yang mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

3. Media pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis.

6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang kongkrit sampai dengan abstrak.Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1993). Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional.
Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudaiah navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajaran bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasi aspek dan keterampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.

C.    Jenis – Jenis Media Pembelajaran
Masuknya berbagai pengaruh dalam dunia ilmu pendidikan seperti ilmu cetak mencetak, komunikasi, dan teknologi elektronik yang membuat media bermacam-macam dengan berbagai jenis dan format. Beberapa pengelompokan media berdasarkan karakteristiknya menurut beberapa para ahli yaitu:

Rudy Bretz(1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak):

  1. Media audio
  2. Media cetak
  3. Media visual diam
  4. Media visual gerak
  5. Media audio semi gerak
  6. Media visual semi gerak
  7. Media audio visual diam
  8. Media audio visual gerak

Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara
visual gerak : film bisu
audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen
manusia dan lingkungan: guru, pustakawan, laboran
komputer : CAI

Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan:
media yang tidak diproyeksikan
media yang diproyeksikan
media audio
media video
media berbasis komputer
multi media kit.
Media di klasifikasikan menjadi 3 yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual.
 
A. Media visual
          1.  Media yang tidak diproyeksikan, yaitu

Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1)      gambar / foto: paling umum digunakan
2)      sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.
3)      diagram / skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel samapai organisme.
4)      bagan / chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal.
5)      grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.

          2.      Media proyeksi, yaitu
1.      Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
Membuat sendiri secara manual
2.      Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

Di bawah ini merupakan contoh penggunaan media visual pada pembelajaran di kelas :

B. Media audio
          1.      Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
          2.      Kaset-audio
Yang dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan perawatan murah.

C. Media audio-visual
          1.      Media video
Merupakan salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
          2.  Media komputer
Media ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa batas.

MANFAAT TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Pengertian geografi telah mengalami perkembangan dari wakyu ke waktu. Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan geografi. Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus yang mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian atau seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta Ptolomaeus dibukukan, dan diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’. Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yang terkenal yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, dengan sumbangannya yang terkenal adalah Gen re de vie. Pengertian geografi itu sendiri selalu mengalami perkembangan serta perbedaan.

gambar atlas ptolomaeus:

Permendiknas no. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.

Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.

Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.